Minggu, 19 Desember 2010

GUS DUR DINOBATKAN JADI WALI KE-10 ?

Dalam acara sarasehan nasional mengenang satu tahun wafatnya Gus Dur di pondok pesantren Tebuireng Jombang pada Minggu (18/12), guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Profesor Dr. H. Yudian W.Asmin menyampaikan bahwa Mantan Presiden RI sekaligus tokoh Nahdatul Ulama, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dinobatkan jadi wali ke-10 bagi umat Islam di Indonesia

GUS DUR DINOBATKAN JADI WALI KE-10 ?

Kontan secara serempak peserta yang mayoritas santri menjawab " iya " ketika Yudian bekata "Wajar khan Gus Dur dilantik jadi wali ke-10".  Yudian juga mengatakan di Indonesia, dikenal ada sembilan wali besar. "Dan dari catatan sejarah saya, Gus Dur adalah wali besar kesepuluh," ujar dia.

Ia mengatakan Gus Dur adalah wali yang mempunyai tugas menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Sunan-Sunan yang sebelumnya hanya menjaga suatu daerah tertentu sedangkan Gus Dur keluasan wilayahnya sangat besar," kata dia.

Yudian mengatakan, Gus Dur hidup dalam konteks setelah merdeka, dalam masa nasionalisme Indonesia yang tercabik. "Gus Dur juga pernah menjadi korban," ujar dia. Menurut dia, Gus Dur sangat pantas disebut Wali, apalagi jika dibandingkan dengan jasa-jasa Wali sebelumnya.

Menurut dia, Gus Dur sangat faham fiqih (filsafat keislaman). Dan inilah yang sering dilupakan oleh para ulama. "Filsafat keislamaan beliau mampu menyelesaikan masalah pluralisme Indonesia saat itu," ujar Yudian. "Gus Dur pernah berkata hidupnya hanya untuk Indonesia, Islam dan Nahdatul Ulama."

Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengatakan dulu pluralisme masih menjadi masalah bangsa. Namun saat ini, berkat peran Gus Dur, pluralisme tidak menjadi masalah bangsa. "Sekarang Islam tidak ditakuti dan bukan kampungan. Dan peran paling besar untuk pluralisme diambil Gus Dur," kata dia.

Menurut Mahfud, yang menjadi masalah bangsa saat ini kata dia adalah ketidakadilan, penegakan hukum, kemiskinan dan korupsi.

Sementara Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Lukman Syaifuddin, mengatakan, Gus Dur adalah sosok yang global meskipun berlatar belakang pondok pesantren yang tradisional. "Gus Dur bebas melakukan apa saja tanpa dihisab di hari kiamat. Karena dia selalu punya landasan yang kuat," katanya, mengenang Gus Dur.
 [tempointeraktif]