Minggu, 31 Oktober 2010

Glaucus Atlanticus


Glaucus Atlanticus atau lebih dikenal dengan nama akrabnya siput laut atau burung camar laut. Hewan ini jarang terlihat dan ditemukan kecuali selama angin pantai-lah yang membawa mereka ke permukaan pantai agar bisa dilihat dengan mata kita. Hewan ini dapat ditemukan dengan cara mengambang di permukaan air dan pantai kadang-kadang bisa terdampar di pantai dan sering di ambil oleh orang yang maen di pantai .

Hewan ini bisa mengambang karena ada gelembung udara yang telah ia simpan di rongga lambung. Mereka makan Physalis Physalia siphonophore (sejenis plankton) serta chondrophores Velella velella dan Porpita porpita (lihat foto).

Kadang-kadang mereka juga memakan sejenis nya satu sama lain. Hewan ini melindungi dan bersembunyi diri karena tubuh nya berwarna ventral gelap dan dapat membantunya untuk menyembunyikan diri mereka dari dari ancaman besar sedangkan warna di punggung dapat membantu menyembunyikan mereka dari ancaman ikan. Hewan ini dapat menghasilkan telur dalam 1 hari sebanyak 3.300-8.900 telur. Ingat ukuran dewasa hewan ini hanyalah 7 cm paling besar.

Foto struktur tubuh Glaucus Atlanticus

http://img708.imageshack.us/img708/4769/11aa2c5.jpg

Ukuran Glaucus Atlanticus

http://img257.imageshack.us/img257/7785/1zbqtqs.jpg

http://img207.imageshack.us/img207/3247/35jywhu.jpg

Foto lainnya

http://img547.imageshack.us/img547/8968/wj8ls9.jpg

http://img804.imageshack.us/img804/9108/glaucusatlanticus.jpg

Siput samudra biru banyak ditemukan di perairan hangat di seluruh dunia, terutama di perairan sekitar Eropa & Afrika bagian selatan. Di bagian perutnya terdapat semacam gelembung udara yg membantunya mengapung & melayang-layang di lautan. Itu pula yg menyebabkan hewan ini diberi nama genus "Glaucus", nama dewa laut dari mitologi Yunani yg dalam kisahnya dipaksa hidup terombang-ambing selamanya di laut. Hal yg masih diperdebatkan adalah apakah siput samudra biru hanya melayang di air mengikuti arus laut, ataukah dia bisa bergerak sendiri.

Layaknya Nudibranchia lain, siput samudra biru juga memiliki pewarnaan mencolok tersendiri. Bagian perutnya berwarna biru terang, sementara bagian punggungnya berwarna perak keabuan gelap. Pewarnaan tersebut bukan tanpa alasan. Warna perutnya menyerupai warna terang cahaya matahari dari atas permukaan laut jika dilihat dari bawah, sementara jika dilihat dari atas warnanya seperti warna biru samudra. Hal tersebut membuatnya sulit dilihat dari jauh & membantu melindunginya dari predator yg mengandalkan penglihatan untuk mencari mangsanya semisal burung laut. Teknik pewarnaan untuk kepentingan perlindungan tersebut dikenal sebagai "counter shading".

Hal paling menarik sekaligus mencengangkan adalah jika kita menelusuri perilaku makan dari siput samudra biru. Siput samudra biru adalah hewan karnivora yg hidup dengan memakan hewan-hewan hydrozoa (ubur-ubur & kerabatnya) yg beracun. Salah satu hewan yg menjadi mangsa dari siput samudra biru adalah ubur-ubur raksasa kapal Perang Portugis (Portuguese man-o-war) yg panjang tentakelnya bisa mencapai 13 m! Untuk makan, siput samudra biru memakai semacam gigi kecil yg membantunya berpegangan & kemudian merobek bagian tubuh mangsanya. Siput samudra biru juga diketahui memiliki sikap kanibalisme alias saling makan antar sesama spesiesnya.

Keunikan siput samudra biru belum sampai disitu. Siput samudra biru tidak hanya kebal terhadap racun dari hewan-hewan mangsanya. Ia juga diketahui bisa menyerap racun dari hewan yg dimakannya tersebut & kemudian menyimpannya dalam anggota tubuh cerata yg bentuknya mirip jari-jari. Racun yg disimpannya tersebut lalu digunakan sebagai alat pertahanan bagi dirinya sendiri sehingga bisa dikatakan, siput samudra biru menjadi beracun dengan menyerap racun dari hewan lain. Karena bisa menimbun racun yg diserap dari mangsanya, siput samudra biru bisa memiliki kadar racun lebih tinggi dari mangsa-mangsanya sekalipun - yg sebenarnya sudah cukup beracun bagi manusia!

Siput samudra biru adalah hewan hermafrodit alias berkelamin ganda. Saat melakukan perkawinan, siput samudra biru akan saling menempelkan perutnya & kemudian melakukan kopulasi. Sesudah melakukan perkawinan, kedua pasangan kawin tersebut akan menghasilkan telurnya sendiri-sendiri. Telur-telur yg dikeluarkan oleh siput samudra biru dibungkus semacam lapisan berlendir yg membantu melindungi & saling merekatkan telur-telur tersebut. Telur-telur tersebut biasanya dilepaskan begitu saja sehingga melayang bebas di air, namun siput samudra biru juga diketahui bisa menaruh telur-telurnya dalam potongan tubuh dari mangsa yg dirobeknya.


sumber : kaskus , Republik Tawon