Kekayaan, harta, uang dan permata, itulah yang dicari kebanyakan manusia di dunia ini. Bermilyar-milyar anak adam, dari jaman purba hingga detik ini, bahkan 0,00001 detik yang lalu sibuk dengan duniawinya, mencari harta, uang, tabungan, deposito, valas, dan sebagainya.
Padahal sejatinya jumlah bukanlah ukuran yang menentukan seseorang itu kaya, lebih kaya atau terkaya, namun rasa cukup dan kepuasan dengan apa yang dimiliki.
Seorang tukang becak, dengan penghasilan hanya 30 ribu perhari, mungkin sejatinya adalah lebih
kaya dibanding orang dengan pendapatan 1 juta perhari. Karena uang 30 ribu yang didapat dengan keringat bercucuran dan rasa capai serta letih tersebut, dia bisa merasa cukup untuk membiayai istri dan anak-anaknya agar dapur bisa ngebul. Hidupnya tenang, bahagia dan merasa berkecukupan. Inilah orang kaya.
Sementara orang dengan penghasilan 1 juta perhari, hidupnya resah, gelisah, tidur tak nyenyak, karena uangnya yang 1 juta perhari tersebut tidak cukup untuk membayar tagihan listrik, telepon, internet, tv berlangganan, PAM, cicilan motor, mobil, biaya sekolah anak, biaya shoping istri, dan lain-lainnya.
Memang secara kasat mata terlihat bahwa orang dengan penghasilan 1 juta perhari memiliki benda-benda dan kesenangan duniawi yang jauh lebih baik daripada tukang becak yang berpenghasilan 30 ribu perhari. Dia memiliki mobil, motor, rumah yang besar dan menyala terang, pakaian yang bagus-bagus, makanan enak, sementara sang tukang becak hanya memiliki sebuah gubuk reyot tanpa listrik, dipan tua, pakaian kumal, dan satu-satunya kendaraan yang dia mungkin miliki adalah : becak.
Namun jika kita bicara hati, bisa kita lihat, kenapa banyak korupsi yang terjadi, kenapa banyak pejabat-pejabat yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri?
Memperkaya diri? Brarti dia orang miskin dong. Bisa kita lihat, seorang anggota DPR yang ditangkap dan dipenjara karena menilep uang Negara bermilyar-milyar, baik dengan cara memanipulasi dana anggaran, atau menggunakan kekuasaannya untuk menerima sogok, suap dan mendapatkan proyek-proyek.
Padahal gajinya saja puluhan juta rupiah setiap bulannya, belum lagi fasilitas yang diberikan negara, mobil, rumah dinas, jaminan keamanan... Tapi itu tidak cukup, belum cukup, dan manusia serakah lah yang selalu merasa tidak cukup, manusia serakah lah yang hidup miskin.
Agama mengajarkan iman, syukur dan sabar sebagai inti kehidupan. Kekayaan menggiring manusia untuk selalu merasa tidak cukup. Disini kuncinya adalah iman, rasa bersyukur dengan apa yang dimiliki dan didapat.
Lalu siapakah orang terkaya di Dunia? Jawabannya mudah, bukan Carlos Slim Helu, Bill Gate, bukan Matt Cuts, Warren Buffett, atau Eike Batista, tetapi adalah orang yang menggunakan iman sebagai pedoman dalam mencari rejeki, yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki, bersyukur dengan semua yang dimiliki, dan selalu bersabar dengan semua yang tidak dimiliki. Itulah orang yang tak hanya terkaya di Dunia, tetapi juga
orang terkaya di jagad raya.
Mungkin anda salah satu diantaranya.