Cacat fisik yang di derita (Tuna netra) bukanlah suatu halangan, terbukti pada hari Kamis (2/12/2010) Tur Haryanto (41) resmi menjadi Anggota DPRD Bantul. Dan ini merupakan merupakan hari bersejarah bagi Tur Haryanto dan bagi lembaga legislatif di seluruh Indonesia, karena sejak hari ini ada wakil rakyat yang mempunyai cacat fisik, tuna netra.
Pelantikan yang sempat tertunda satu tahun itu akhirnya digelar Kamis malam ini, pukul 19.00 WIB, di ruang sidang DPRD Kabupaten Bantul. "Cukup lega, akhirnya saya dilantik juga menjadi anggota Dewan," ujar Gus Tur, panggilan akrabnya, saat ditemui Tribun di ruang lobi Gedung DPRD Kabupaten Bantul.
Langkah panjang nan berat menghiasi perjuangannya sebagai calon anggota dewan. Beberapa tahun lalu, dia dicopot sebagai anggota Partai Amanat nasional (PAN), padahal laki-laki paruh baya itu menjadi wakil rakyat melalui partai yang didirikan Amien Rais itu.
Saat itu, dia diduga kasus penggelapan dana rekonstruksi gempa Mei 2006 di Kecamatan Piyungan Bantul. Persoalan tersebut menyebabkan pelantikan Gus Tur ditunda.
Beberapa kali ia harus melakukan aksi nekat, seperti tapa pepe (bertapa di tengah terik matahari) di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta dan aksi mogok makan di rumah Amien Rais. Tujuannya hanya satu, mendapatkan simpati dan kepercayaan masyarakat.
Keterbatasan pada indera penlihatan, ditambah kasus yang pernah menyandungnya, tidak lantas membuat Gus Tur putus asa. "Kalaupun saya tak diterima lagi di Partai Amanat Nasional, tak masalah, beberapa parpol lain siap menerima saya," jelas suami Urip Kustikawati (39) ini.
Ia juga mengungkapkan, kalaupun dia tidak diterima sebagai anggota DPRD Kabupaten Bantul, Tur Haryanto siap melakukan kampanye sebagai anggota DPR.
Pria lulusan Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta tahun 1994 ini, sehari-hari bekerja sebagai petani bawang merah. Keinginan untuk berpolitik telah ia geluti sejak bangku kuliah. Dia aktif di berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun organisasi kemahasiswaan di kampus.
Pernah suatu saat ia berkata pada Eni Wiharsi (44), kakak perempuannya, tentang cita-citanya menjadi politisi. "Gus Dur saja bisa jadi presiden, kok saya gak bisa," papar guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Insan Mandiri Pundong Bantul.
Cita-cita terjun di dunia politik rupanya telah terlihat sejak Tur Haryanto masih kecil. Ia begitu menggemari pertunjukan wayang yang kerap digelar di wilayahnya. Bahkan menurut Tukijan (78), ayahnya, Tur Haryanto kecil pernah merengek-rengek minta dibelikan radio, hanya untuk mendengarkan siaran wayang kulit.
Bakat berpolitik juga terlihat dari prestasi yang sering dia sandang. Seperti beberapa kali menjuarai kejuaraan pidato sewaktu sekolah.
Salut buat Tur Haryanto, agak mirip semangatnya dengan gadis tuna netra yang gunakan kuda sebagai pemandu.
[Tribunnews]