Meski kini banyak Hewan Peliharaan kelinci banyak dikembangkan, namun dalam catatan sejarah tidak didapatkan informasi mengenai sejak kapan pertama kali kelinci dibudidayakan sebagai binatang ternak. Namun ada pendapat yang menyatakan bahwa Afrika merupakan tempat pertama sistem peternakan Hewan Peliharaan kelinci diperkenalkan.
Baru setelah Afrika, peternakan kelinci mulai dikenal di kawasan Mediterania sekitar 1,000 tahun silam. Baru setelah dikembangkan di Mediterania ini. Sistem peternakan kelinci mulai dikenal ke wilayah Eropa. Seiring dengan proses imigrasi yang dilakukan masyarakat Eropa, sistem peternakan kelinci ini dikenal oleh masyarakat di berbagai belaha benua di dunia, khususnya di benua yang baru pertama ditemukan.
Di Indonesia sendiri sistem peternakan kelinci ini mulai dikenal ketika masa penjajahan Belanda berlangsung. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada tahun 1835, dimana pada waktu itu banyak tentara Belanda yang menggemari Kelinci Hias sebagai Hewan Peliharaan mereka. Namun ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia, kisah tentang kelinci tersebut sempat menghilang.
Sejarah tentang peternakan kelinci tidak tercatat dalam dunia budidaya kelinci. Termasuk ketika Indonesia sudah mencapai masa kemerdekaan dan memasuki era pembangunan dalam dua pemerintahan (orde lama dan orde baru). Meski demikian, bukan berarti hal ini menyebabkan kelinci sudah punah dari wilayah Indonesia. Sebab dalam skala kecil ada sebagian masyarakat yang masih memelihara kelinci dengan berbagai macam alasan. Kondisi ini terjadi hingga tahun 80an. Pada masa itu, kelinci lebih dikenal sebagai Hewan Peliharaan saja dan belum menjadi binatang industri sehingga layak diternakkan.
Pada masa orde baru, mulailah gerakan untuk membudidayakan kelinci diperkenalkan kepada masyarakat. Hal ini ditujukan guna meningkatkan angka konsumsi daging yang diharapkan mampu mengangkat standar kesehatan masyarakat. Caranya, dengan mengkampanyekan konsumsi daging untuk menunjang kebutuhan protein hewani.
Baru setelah Afrika, peternakan kelinci mulai dikenal di kawasan Mediterania sekitar 1,000 tahun silam. Baru setelah dikembangkan di Mediterania ini. Sistem peternakan kelinci mulai dikenal ke wilayah Eropa. Seiring dengan proses imigrasi yang dilakukan masyarakat Eropa, sistem peternakan kelinci ini dikenal oleh masyarakat di berbagai belaha benua di dunia, khususnya di benua yang baru pertama ditemukan.
Di Indonesia sendiri sistem peternakan kelinci ini mulai dikenal ketika masa penjajahan Belanda berlangsung. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada tahun 1835, dimana pada waktu itu banyak tentara Belanda yang menggemari Kelinci Hias sebagai Hewan Peliharaan mereka. Namun ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia, kisah tentang kelinci tersebut sempat menghilang.
Sejarah tentang peternakan kelinci tidak tercatat dalam dunia budidaya kelinci. Termasuk ketika Indonesia sudah mencapai masa kemerdekaan dan memasuki era pembangunan dalam dua pemerintahan (orde lama dan orde baru). Meski demikian, bukan berarti hal ini menyebabkan kelinci sudah punah dari wilayah Indonesia. Sebab dalam skala kecil ada sebagian masyarakat yang masih memelihara kelinci dengan berbagai macam alasan. Kondisi ini terjadi hingga tahun 80an. Pada masa itu, kelinci lebih dikenal sebagai Hewan Peliharaan saja dan belum menjadi binatang industri sehingga layak diternakkan.
Pada masa orde baru, mulailah gerakan untuk membudidayakan kelinci diperkenalkan kepada masyarakat. Hal ini ditujukan guna meningkatkan angka konsumsi daging yang diharapkan mampu mengangkat standar kesehatan masyarakat. Caranya, dengan mengkampanyekan konsumsi daging untuk menunjang kebutuhan protein hewani.