Reaktor nuklir generasi ke tiga yang akan dibangun di Teluk Inggris Kota Muntok Bangka Barat sistem pengamanannya lebih terjamin dibandingkan reaktor nuklir di Jepang yang meledak karena goncangan gempa bumi berkekuatan 9 SR.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, Choirul Amri, di Muntok, Selasa, menyatakan akan terus menyosialisasikan kepada masyarakat rencana pembangun PLTN dengan empat reaktor nuklir berkapasitas 10.000 mega watt dan mengedukasi masyarakat agar siap menerima.
Menurut dia, reaktor nuklir milik Jepang yang sistem pendinginnya meledak dibangun pada 1971, generasi kedua era tahun 1990-an dan generasi ketiga ke atas dibangun setelah 1990 hingga sekarang. Sedangkan reaktor nuklir yang akan dibangun di Babel generasi ketiga yang sistem pengamannya lebih terjamin.
Ia menjelaskan, pembangunan reaktor nuklir termasuk di Babel akan mendapat pengawasan, persetujuan dan rekomendasi dari Lembaga Energi Atom Internasional atau IAEA untuk menjamin keamanannya.
Menurut dia, pihak IAEA tidak sembarangan memberikan rekomendasi pembangunan reaktor nuklir dan tentu melalui kajian yang teruji secara ilmiah, dengan memperhatikan berbagai aspek terutama infrastruktur pembangunan dan sistem pengaman lebih terjamin yang didukung lima lapisan baja dan beton.
Ia juga mengatakan, batas usia reaktor nuklir 40 tahun dan setelah itu harus ditutup habis agar radiasinya tidak menyebar dan membahayakan kesehatan manusia, kecuali pihak IAEA berdasarkan kajiannya menilai kondisi reaktor nuklir masih bagus, maka bisa diperpanjang sesuai standar prosedur yang ditetapkannya.
Menurut dia, terkait rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Teluk Inggris Muntok di atas areal seluas 825 hektare. tentunya juga harus mendapat persetujuan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dengan memperhatikan berbagai aspek dan dampaknya terhadap kehidupan.
Ia menjelaskan, pro dan kontra rencana pembangunan PLTN di Muntok merupakan hal yang wajar agar bisa memahami PLTN secara menyeluruh baik dari sisi positif dan negatifnya, namun bukan berarti serta merta ditolak atau diterima tetapi kembali dikaji ulang secara matang untuk lebih baik lagi.
"Meledaknya sistem pendingin pada reaktor nuklir di Jepang, setidaknya menjadi pelajaran bahwa sistem pendingin dan bagian lainnya dari reaktor nuklir harus dirancang lebih bagus lagi agar tahan terhadap goncangan gempa dan faktor-faktor negatif yang membahayakan dari luar," ujarnya.
Ia meminta masyarakat terus memantau perkembangan berita reaktor nuklir di Jepang yang meledak pascagempa bumi dan tsunami, untuk membuka mata dan cara berpikir yang lebih luas dalam hal pola penanganan reaktor nuklir agar manfaatnya lebih optimal untuk kehidupan.