Mencoba untuk mengumpulkan semua informasi online dengan satu wadah kata-kata online
Jumat, 08 Juli 2011
Senyuman monyet Indonesia yang mendunia
Bagi seorang fotografer yang handal, untuk mengambil gambar satwa liar yang sempurna, biasanya harus berada di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat juga.
Namun bagi seorang fotografer terkenal bernama David Slater , hal itu tidak diperlukan .
David pergi ke taman nasional di Sulawesi Utara lalu tiba-tiba salah satu monyet betina mengambil kameranya. Si monyet lalu membuat beberapa foto, termasuk foto dirinya lagi tersenyum.
Foto monyet tersenyum lebar itu pun mendunia. Beberapa situs media memuat foto ini pada Selasa, 5 Juli 2011. Di antaranya, The Sun, Daily Mail, Metro, The Telegraph dan The West Australian.
Menurut Slater, 46 tahun, monyet itu tersenyum karena untuk pertama kalinya melihat refleksi diri. Si monyet lalu membuat ratusan foto. Sebagian besar tak fokus. "Mungkin pertama kali mereka masih bingung, tapi bila aku biarkan lebih lama, barangkali dia bisa bikin satu album foto keluarga," katanya.
Slater datang ke Sulawesi Utara untuk memotret monyet hitam. Monyet hitam ini adalah hewan langka yang dilindungi. Monyet hitam terkenal sangat pintar. "Seperti simpanse, tapi mereka lebih ingin tahu," katanya.
Selain pintar, menurut Slater, monyet hitam sangat ramah. Selama tiga hari di taman nasional, Slater selalu dikelilingi monyet-monyet ini. Mereka tak agresif dan tak merasa terancam dengan kehadiran manusia di dekatnya.
Monyet hitam Sulawesi adalah satwa langka dari Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya. Ciri khasnya adalah rambut berwarna hitam di sekujur tubuh, kecuali punggung, dan selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak berambut, moncong lebih menonjol. Panjang tubuh hingga 44,5-60 centimeter, ekor 20 centimeter, dan berat 15 kilogram.
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Hewan ini bisa ditemukan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale .
David berkata " Saya berjalan dengan mereka selama 3 hari berturut turut , mereka bertindak menerima kami dan tidak menunjukan sifat mereka yang agresif "
"Meskipun mungkin tidak pernah memiliki kontak apapun dengan manusia. karena sebelumnya mereka tidak merasa terancam oleh kehadiran kami, dan itulah mengapa saya bisa berjalan dengan mereka di siang hari."
sumber : Dailymail, Vivanews